Kamis, 11 September 2008

SABAR : KUNCI KECERDASAN EMOSI (1)

Pendahuluan
Kecerdasan merupakan ciri keunggullan manusia dalam memahami ,
memutuskan dan mengantisipasi. Kecerdaasan seseorang sering tidak
dapat difahami seketika oleh orang kebanyakan , tetapi kemudian
menjadi kajian yang tak habis-habisnya setelah menjadi sejarah. Dalam
perspektip ini jarak antara orang cerdas dengan orang gila sebenarnya
sangat tipis, sehingga gagasan-gagasan orang cerdas sering dianggap
gagasan gila. Kecerdasan seseorang memungkinkannya memiliki jarak
pandang yang jauh, dua, tiga atau lebih dimensi, sementara orang
kebanyakan hanya mampu melihat satu atau maksimal dua dimensi.
Pada umumnya kecerdasan dihubungkan dengan akal (intelektuil), tetapi
kecerdasan intelektual ternyata belum menjamin ketepataan keputusan,
sehingga dewasa ini orang sudah mulai membicarakan tentang kecerdasan
yang lain, yaitu kecerdasan emosionil dan kecerdasaan spirituil.
Kecerdasan intelektuil diwujudkan dalam kemampuan berfikir. Menurut
Asfihani, fikiran adalah potensi yang dapat mengantar pengetahuan
sampai kepada obyek (quwwatun mudrikatun li al `ilmi ila al ma`lum),
sedangkan berfikir artinya menggunakan potensi itu sesuai dengan
kapasitas intelektualnya.

Dalam kehidupan, berfikir diperlukan untuk (a) memecahkan masalah
(problem solving), (b) mengambil keputusan (decision making) dan ©
melahirkan sesuatu yang baru (kreatifitas). Karena kecerdasan
merupakan keunggulan maka hal itu dapat diukur kualitasnya, antara
lain melaui metode yang digunakan (deduksi,induksi), atau dilihat
seberapa tingkat kreatifitasnya (metode berfikir kreatip). Metode
berfikir kreatip sering tidak bisa difahami orang lain, dan prosesnya
melalui tahapan-tahapan, dari (a) orientasi, (b) Preparasi, ©
Inkubasi, (d) Iluminasi dan (e) Verifikasi. Orang yang bisa berfikir
kreatip biasanya mempunyai ciri-ciri : (1) meemiliki kecerdasan
diatas rata-rata, (2) memiliki sifat terbuka dan (3) memiliki sifat
bebas, otonom dan percaya diri.

Jika kecerdasan intelektuil diwujudkan dalam berfikir, maka
kecerdasan emosi diwujudkan dalam merasa. Manusia memang makhluk yang
berfikir dan merasa. Emosi nampak dalam perubahan fisik yang
diakibatkan oleh peristiwa mental, seperti : muka merah (karena
malu), muka pucat, tubuh gemetar, terkencing (karena takut) otot
mengencang (karena marah) ,mata terpejam dan menangis (karena haru
atau gembira) dan sebagainya. Emosi adalah perubahan jasmani langsung
mengikuti persepsi mengenai kenyataan yang menggairahkan.
Dalam kehidupan, kita mengenal berbagai tipologi manusia dilihat dari
sudut ini, misalnya ada orang yang sangat pemalu disamping yang tidak
tahu malu, yang penakut, disamping yang pemberani, yang sangat perasa
disamping yang sudah mati rasa atau tidak berperasaan, yang pemarah
disamping yang penyabar. dan sebagainya. Jika kecerdasan intelektual
bisa diasah, demikian juga kecerdasan emosi dapat dirangsang.

Kecerdasan emosi ditandai dengan kemampuan pengendalian emosi ketika
menghadapi kenyataan yang menggairahkan (menyenangkan, menakutkan,
menjengkelkan, memilukan dsb). Kemampuan pengendalian emosi itulah
yang disebut sabar, atau sabar merupakan kunci kecerdasan emosional.
Adapun kecerdasan spirituil merupakan kualitas kehidupan ruhaniah
seseorang dimana seseorang dimungkinkan berkomunikasi secara
rohaniah, baik secara horizontal maupun vertikal. Memahami kecerdasan
spirituil akan mudah jika menggunakan paradigma tasauf.

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca artikel ini, mohon komentar anda dan jangan bosan untuk membaca artikel lainnya, tulis nama anda setelah berkomentar, trims.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Mohon di Klik

Entri Populer